Pendidikan sebagaimana yang dimaksudkan di atas, tidak hanya dilakukan oleh Tuhan tetapi Tuhan memberi perintah kepada umat-Nya untuk melakukan tugas mendidik itu kepada anak-anak. Di dalam Ulangan 6:1-9, Tuhan memberi perintah kepada orangtua untuk mengajar anak akan keesaan Tuhan. Dalam Perjanjian Baru juga ada perintah untuk orangtua melaksanakan tugasnya dalam mendidik anak.
Kegiatan pendidikan itu mulai berkembang dari waktu ke waktu sampai munculnya sekolah modern, kegiatan mendidik dan mengajar yang dilaksanakan di keluarga, kemudian juga menjadi tanggung jawab sekolah. Di sekolah dilaksanakan kegiatan mendidik dan mengajar anak-anak yang biasa disebut dengan sebutan peserta didik.
Sejak adanya sekolah secara formal yang dimulai dari TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, para orngtua mulai berlomba-lomba mengirim anaknya untuk dididik di sekolah agar menjadi manusia yang berguna. Harapan dan cita-cita orangtua yang mengirim anaknya sekolah di lembaga formal pun beragam, ada orangtua yang inging agar anaknya berprestasi di kelas, memperoleh hasil nilai yang dapat memuaskan orangtua atau membanggakan orangtua. Pada akhir semester selalu ada penerimaan rapor untuk peserta didik pada tingkat SD, SMP dan SMA. Pada moment ini, anak dan orangtua ingin mengetahui apakah hasil belajar anak dapat menjadi kebanggaan bagi anak, khususnya orangtua. Akan tetapi kenyataannya orangtua merasa kecewa karena anak tidak mendapat rangking, atau prestasi yang baik, ada anak yang mengalami kesulitan dalam pelajaran Matematika, Ekonomi dan ada pula beberapa mata pelajaran yang tidak memenuhi standar kesuksesasan. Akan kenyataan ini, orangtua bereaksi memarahi anak, anak dianggap kurang maksimal belajar, orangtua menjadi kecewa dan mulai membandingkan dengan anak-anak tetangga yang mendapat nilai bagus. Akhirnya anak mejadi tertekan dan menangis, merasa kehilangan kepercayaan diri. Anak berada dalam tekanan-tekanan, khususnya ketika mempelajari pelajaran-pelajaran yang menurut pengakuan anak sulit untuk dikuasai.
Dalam suatu sumber dinyatakan, kehadiran seorang anak dilingkungan keluarga merupakan suatu anugerah yang tidak ternilai harganya, ia merupakan anugerah ajaib yang diberikan Tuhan kepada para orangtua. Sumber ini melanjutkan lagi dengan menyatakan: tidak bisa dipungkiri, bahwa anak memberi warna tersendiri dalam keluarga, kehadiran anak memberikan arti yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Maka tidak heran bila ada ungkapan yang biasa di dengar dilingkungan sekolah tempat anak-anak belajar dan itu diyakini oleh para guru, yaitu setiap anak adalah bintang. Ungkapan setiap anak adalah bintang sebenarnya mampu memberikan rasa percaya diri yang lebih kepada anak baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.
Salam