Menrut Paul David Tripp, Allah telah merencanakan agar keluarga berfungsi sebagai komunitas teologis. Yang dimaksud disini yaitu bagian utama dari kehidupan keluarga adalah bahwa Allah ada dan bahwa kita adalah ciptaanNya. Dengan begitu, apa yang orangtua pikirkan, katakan, dan lakukan dalam kehidupan setiap hari mesti menjadi teladan bagi anak-anak, pada satu sisi adalah tanda atau bukti dari aktivitas kejiwaan orangtua (aspek psikologis), pada sisi yang lain apa yang dipikirkan dan diperbuat orangtua yang didasarkan pada sabda Tuhan harus dipahami sebagai tanda atau bukti implikasi logis dari aspek teologis (perbuatan yang baik yang didorong oleh kesadaran akan ketaatan pada firman Tuhan).
Pesan utama dari natur hubungan dalam keluarga antar keluarga akan diajarkan melalui cara orangtua berbicara satu sama lain, melayani satu sama lain, membuat keputusan dan menangani perbedaan yang ada di antara mereka. Melalui teladan hidup yang baik maka orangtua dalam keluarga adalah motivator pertama dan utama untuk bekal hidup anak selanjutnya.
Keluarga Kristen tidak pernah boleh memandang kehidupan sebatas hubungan-hubungan dan keadaan-keadaan duniawi; orangtua harus selalu membawa anak-anak untuk terus bertanya tentang Allah, kehendak-Nya dan karya-Nya. Setiap orangtua mesti mempraktikkan isi kepercayaannya kepada Tuhan yaitu menjalani kehidupan dalam kesadaran akan adanya Allah momen demi momen; bahwa keluarga harus memandang segala sesuatu merujuk kepada Allah, siapa Dia, apa yang dilakukan-Nya bagi manusia dan apa yang Dia inginkan dalam hidup keluarga.
Pendidikan rohani anak-anak tidak selalu harus melalui upacara keagamaan Kristen. Dikatakan demikian karena tingkah laku, perbuatan orangtua beriman yang konsisten bisa lebih ampuh mengajar sekaligus menjadi teladan untuk membentuk anak-anak yang sehat mental dan spiritual. Salah satu teladan yang dipandang penting dan cukup menentukan untuk membentuk agar anak-anak menjadi anak yang bertanggung jawab adalah teladan disiplin. Disiplin berarti mengajar dan melatih. Disiplin berasal dari kata disciple yang berarti seorang murid/pelajar. Ini berarti bahwa dalam menjalankan disiplin ada keinginan untuk terus belajar dan melatih diri. Sasarannya adalah antara lain agar anak bertingkah laku pantas sehingga terjadi keserasian, mencegah masalah-masalah yang timbul pada saat anak-anak kelak tumbuh dewasa.
James Dobson pada tahun 1970 menulis sebuah buku yang diberi judul Berani Mendisiplin. Ia menyatakan bahwa karena tindakan permisif dari para orangtua maka banyak anak yang salah tingkah dan kehilangan arah kehidupan. Kontrol yang kuat (disiplin) adalah kunci kepada kasih yang sejati.
Teladan/sikap orang-orang yang berarti bagi anak (masa prenatal dan masa pascanatal ) sangat menentukan perilaku anak kemudian. Pandangan psikologis pada periode pranatal dipusatkan pada kondisi-kondisi fisik dalam tubuh ibu yang mengandung menentukan perkembangan pada kehidupan pascanatal yang kemudian berlanjut sampai akhir hidup sang anak.
Sikap keluarga terhadap anak-anak dan terhadap peran orangtua biasanya terbentuk pada awal kehidupan, meskipun baru terwujud pada saat individu mengetahui bahwa ia akan segera menjadi orangtua. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap orangtua terhadap anak. Berikut beberapa contoh: Pertama, pengalaman awal masa muda orangtua terhadap anak-anak menentukan bagaimana perasaan orangtua tentang anak-anak pada umumnya dan tentang peran di masa mendatang sebagai orangtua. Seorang wanita, misalnya yang dahulu harus membantu merawat adik-adiknya mungkin mempunyai sikap yang kurang menyenangkan terhadap anak-anak di kemudian hari, atau seorang wanita yang dibesarkan sebagai anak tunggal mungkin ingin mempunyai banyak anak untuk mengatasi rasa kesepian masa mudanya yang lalu. Kedua, pengalaman dengan teman-teman, baik di masa lalu maupun sekarang, mewarnai sikap individu. Misalnya, seorang pemuda yang mendengar keluhan teman-temannya tentang kesulitan keuangan yang dihadapi sebagai orangtua, memutuskan bahwa sebaiknya ia tidak mempunyai anak agar kelak hidupnya tidak sulit. Ketiga, sikap terhadap jenis kelamin dari anak yang belum dilahirkan dapat dipengaruhi oleh gagasan stereotip, misalnya bahwa anak laki-laki “sulit diatur.”
Banyak kondisi yang mempengaruhi sikap orangtua, saudara-saudara kandung dan nenek/kakek terhadap seorang anak, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, misalnya sikap yang menginginkan kehebatan anak lelakinya melebihi dirinya sehingga sering memaksakan kehendaknya atau sikap saudara kandung yang tampaknya sering bersaing untuk mendapat perhatian lebih dari orangtua.
Jadi keteladanan orangtua adalah sikap atau perbuatan baik orangtua yang berpengaruh terhadap perilaku anak. Hal ini berlangsung dalam proses waktu. Ada pula yang terasa dalam proses waktu yang sedang berlangsung, tetapi ada pula keteladanan orangtua terhadap perilaku anak yang membutuhkan waktu yang panjang. Artinya keteladan orangtua dapat langsung berpengaruh pada masa kini dari seorang anak tetapi ada pula pada masa yang akan datang.
Murray menyatakan: Kekuatan dalam mendidik anak tidak terletak pada perkataan atau pengajaran kita, tetapi pada diri dan tindakan ayah dan ibu. Tidak pada yang kita pikirkan tentang pengajaran ideal bagi anak kita, tetapi melalui hidup, kita mendidik mereka. Bukan harapan atau teori kita, tetapi kemauan dan kehidupan nyata kitalah yang mendidik mereka. Dengan hidup seperti Kristus kita membuktikan bahwa kita mengasihi kehidupan Kristus, bahwa kita memilikinya, dan dengan demikian mempengaruhi orang muda untuk juga mencintai dan memilikinya”.
Searah dengan kebenaran di atas, John C. Maxwell menyatakan, dari semua pendidikan yang saya terima dari orangtua saya, yang paling penting adalah teladan mereka. Secara konsisten mereka menerapkan hal-hal yang mereka ajarkan. Dan meneladankan adalah cara mengajar yang paling bertahan lama.
Apa yang diajarkan oleh orangtua akan berpengaruh besar terhadap anak, bila orangtua hidup dalam apa yang diajarkan. Anak tidak merasa hambar karena meihat orangtua berintegritas. Orangtua menyatu dalam kata dan perbuatan. Inilah pengaruh keteladan orangtua terhadap kepribadian anak.
Implikasinya, yakni orangtua hendaknya memiliki pemahaman tentang perkembangan anak. Anak yang terlibat dalam kenakalan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku anak adalah perilaku negatif dalam keluarga. Misalnya keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak berperilaku negatif. Sebaliknya keluarga dapat mempengaruhi anak dalam perilaku positif karena adanya keteladanan orangtua. Berikut ini penulis akan paparkan beberapa implikasi bagi hubungan antara orangtua dan anak.
Dalam hubungan orangtua dengan anak hendaknya orangtua berusaha mengerti perkembangan psikologi anak. Ini tidak bermaksud menjadikan orangtua menjadi ahli psikologi, tetapi orangtua dapat memahami perkembangan jiwa anak melalui pengalaman atau melalui bacaan-bacaan/buku yang berhubungan dengan psikologi anak. Informasi para pakar psikologi yang pendapatnya dikemukakan dalam buku dapat menjadi informasi yang sangat berguna bagi orangtua dalam memahami berbagai perilaku yang terjadi pada anak yang berkait erat dengan perkembangan jiwa.
Perkembangan jiwa yang perlu diketahui yaitu perkembangan jiwa anak usia balita, usia pra sekolah, usia sekolah sampai pada remaja dan pemuda. Dengan mengetahui gambaran umum tentang perilaku anak yang berhubungan dengan perkembangan jiwa anak maka orangtua tertolong untuk menunjukkan perilaku-perilaku yang cocok untuk setiap anak. Perilaku orangtua yang dimaksud adalah keteladanan. Misalnya, keteladanan orangtua dalam memberi disiplin sangat berkait dengan anak dan perkembangan jiwanya. Disiplin anak kecil berbeda dengan disiplin terhadap anak remaja dan seterusnya. Ini berarti bahwa gambaran orangtua tentang kepribadian anak sesuai dengan teori-teori psikologi sangat dibutuhkan.
Anak remaja pada hakikatnya cenderung mencari idola. Ini dapat dimaklumi bila orangtua tahu perkembangan jiwa anak dan perilaku-perilaku yang muncul bersesuaian dengan pertambahan usia tersebut. Keinginan anak remaja akan idola dapat diarahkan secara baik bila orangtua memahami perkembangan jiwa anak. Anak tidak dipersalahkan karena mencari idola di luar keluarga, tetapi kebutuhan anak remaja akan idola dapat diarahkan secara positif sehingga tidak merugikan anak remaja.
Pemahaman akan prilaku anak tidak hanya berkait dengan perilaku positif, tetapi juga berhubungan dengan kecenderungan anak terlibat dalam perilaku negatif sebagai akibat dari berbagai pengaruh yang terjadi pada anak. Sejak awal bab ini penulis telah menyatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan anak berperilaku negatif sehingga orangtua bertanggung jawab untuk mengantisipasi berbagai tantangan lingkungan yang akan mempengaruhi anak terlibat dalam kejahatan. Salah satu faktor yang dapat dikatakan kuat mempengaruhi perilaku anak adalah adanya keteladanan orangtua.