Contoh Resensi Buku Seri Mnajemen Konflik

RESENSI BUKU
MENUNTASKAN MASALAK PELIK TANPA KONFLIK
(Adam Kahane)

A. MATERI INTI

Bagian I Masalah-masalah yang Pelik

• Masalah-masalah dunia yang pelik tidak dapat dipecahkan oleh orang-orang yang paling pandai karena dunia tidak memiliki satu jawaban yang benar.
• Dengan dibekali cek tanpa batas untuk pergi ke mana saja dan menemui siapa saja untuk melihat dan menciptakan tren baru, tetapi masalah tetap muncul.
• Dalam mengadakan konres dimulai dengan kelompok-kelompok kecil yang mengembangkan ide melalui sesi saran-saran. Dalam menyelesiakan masalah besar perlu proses-proses yang luar biasa yang melibatkan pemegang kepentingan dan dialog dan tindakan.

Bagian II Berbicara

• Memecahkan masalah-masalah sulit secara damai adalah membuka jalan komunikasi dan mau mendengar
• Tidak adanya dialog dan sikap mendengar adalah gejala kebuntuan
• Cara otoriter tidak cocok untuk memecahkan masalah yang kompleks
• Ketika seseorang bicara secara personal, dengan penuh semangat, dan kata-katanya muncul dari hati, percakapan menjadi mendalam. Ketika sebuah fion mengembangkan kebiasaan untuk berbicara secara terbuka maka masalah mulai begeser. Sebaliknya kebiasaan berbicara hati-hati secara berlebihan akan menutupi masalahnya dan membuatnya tetap buntu.
• Menyelesaikan masalah haruss berani angkat bicara, sekalipun resikonya berat: takut dibunuh, takut dipenjara, tidak disukai atau dianggap tidak sopan
• Berbicara tanpa mau mendengar akan merusak situasi/suasana

Bagian III Mendengarkan

• Untuk menciptakan realitas baru maka perlu:
a. mendengarkan kontribusi suara kita sendiri
b. melihat apa yang sedang kita lakukan
c. melihat diri sendiri sebagai actor yang mempengaruhi hasil
d. empati aalah suatu cara untuk meraih keberhasilan dalam mengubah banyak hal yaitu berbicara dari hati ke hati

Bagian IV Menciptakan Realitas Baru

• Perlu keberanian yaitu bersatu untuk perubahan yang berakar pada perasaan bersama
• Rintangan terbesar dalam mendengarkan ada;ah dorongan kita untuk berbicara dan bukan mendengarkan, untuk membuat penilaian dan bukan pengamatan
• Luka akan menjadi pelik bila peserta menjadi bagaian ingin menjadi contoh. Fasilitator dan pimpinan hanya membantu.

B. Kelebihan dan kekurangan/kelemahan buku

Kelebihan:

1. Walaupun buku ini merupakan buku kesaksian tetapi memuat kalimat-kalimat/perkataan yang membangun berupa dorongan maupun nasehat, khususnya bagi para pemimpin. Buku ini menarik dan actual untuk masa kini di Indonesia.
2. Berdasarkan pengalaman-pengalaman penulis melalui buku ini saya semakin memahami bahwa sepandai dan sekaya apapun manusia tetap akan menghadapi masalah/konflik. Oleh karena itu jika ada konflik/ masalah sulit , buku ini memberi dorongan agar diselesaikan dengan cara damai, supaya menjadi lebih baik dalam berbicara dan mendengarkan. Penulis juga memberikan 10 saran yang bermanfaat (bagian kesimpulan halaman 172-173).
3. Karena penulis adalah seorang Kristen maka ada hal-hal rohani / bermanfaat yang saya terima.

Kekurangan:

Penulis buku ini adalah seorang Kristen, tetapi tidak sedikitpun penulis memuat dalam tulisannya tentang apa kata Alkitab tentang menghadapi konflik.

C. Beberapa hal yang Menarik

1. Masalah yang kompleks hanya dapat dipecahkan secara damai, jika orang-orang yang menjadi bagian dari masalah tersebut bekerja sama secara kreatif untuk memahami situasi mereka dan memperbaikinya (hlm. 2-3).
Hal ini menjadi menarik oleh karena seringkali bila terjadi konflik, kedua belah pihak merasa diri benar dan paling benar, sehingga enggan untuk memikirkan cara bagaimana untuk menyelesiakannya apalagi untuk minta maaf. Satu pihak beranggapan lawan konfilknyalah yang harus berusaha datang dan minta maaf karena dialah yang salah, demikian sebaliknya.
Lembaga rohani/pelayanan sekalipun seringkali diakhiri dengan perpecahan oleh karena para pendiri, pengurus inti, donatur, masing-masing merasa dirinyalah yang paling berhak menentukan/ mengetok palu. Pemimpin tidak dapat menjadi pemimpin yang ideal: gagal)
Aplikasi: Setiap orang yang berkonflik hendaknya memahami bahwa konflik terjadi pastilah ada kekurangan/kesalahan/kelemahan kedua belah pihak, oleh karena kekurangan/kesalahan/kelemahan itulah maka terjadi konflik. Sehingga bila konflik sudah terjadi hindarilah merasa diri benar dan oranglain yang salah. Kedua belah pihak sebaiknya berusaha menyelesaikan dengan dialog. Bila konflik itu besar atau sulit maka kedua belah pihak perlu berusaha mencari orang yang benar-benar netral untuk menjadi mediator/fasilitator, agar terjadi dialog. Kedua belah pihak hendaknya sama-sama berbicaraterbuka/apa adanya karena dengan demikian masalah yang sedang mereka pecahkan mulai bergeser. Sebaliknya bila berbicara terlalu berhati-hati/berlebihan akan menutupi masalahnya dan membuatnya tetap buntu. Langkah selanjutnya mendengarkan secara terbuka (ini bahkan lebih sulit)
2. Tim dimulai dengan kelompok-kelompok kecil, yang menyumbangkan ide-ide melalui sesi sumbang-saran (brainstorming). Tim kecil ini akan berbicara tentang apa yang mungkin terjadi, terlepas dari apa yang mereka inginkan. Tim yang ada menemukan bahwa permainan scenario ini benar-benar membebaskan. Mereka menuturkan kisah-kisah dari revolusi sayap kiri, pemberontakan sayap kanan dan utopia pasar bebas (hlm. 28).
Hal ini menarik bagi saya karena hal apa yang diketahui oleh kelompok kecil belum tentu diketahui para pimpinan/lider. Aplikasi: Pimpinan dan jajarannya hendaknya memberi waktu untuk mendengarkan karyawan. Oleh karena apa yang diketahui atau dipikirkan oleh karyawan belum tentu sudah diketahui oleh para pimpinan, cara ini akan membuat semua orang yang menjadi bagian (mulai dari pimpinan sampai kepada karyawan terendah) dari lembaga, organisasi atau perusahaan tersebut akan merasa memiliki sehingga akan bekerja dengan bertanggungjawab, bekerja demi kemajuan lembaga bukan mencari keuntungan/gaji semata.
3. Kisah tentang seorang pria yang ingin mengubah dunia (hlm. 173).
Hal ini sangat menarik, karena ketika ia mengubah dirinya sendiri, keluarganya berubah juga. Ketika keluarganya berubah , lingkungannya berubah. Ketika lingkungannnya berubah, kotanya berubah. Kerika kotanya berubah, negaranya berubah, dan ketika negaranya berubah, dunia berubah.
Aplikasi: Lembaga pertama yang dibentuk oleh Tuhan adalah keluarga. Dalam keluarga ada Ayah-Ibu dan anak-anak. Kisah ini sangat cocok untuk lembaga yang paling kecil yaitu keluarga. Jika ayah menginginkan anak melakukan sesuatu, maka terlebih dahulu ayah harus melakukannya, dengan sendirinya anggota keluarga yang lain (istri dan anak-anak) akan melakukannya juga. Jika seorang pemimpin lembaga, organisasi atau perusahaan menginginkan semua karyawan bekerja dengan jujur, maka pimpinan harus terlebih dahulu menunjukkan kejujuran/transfaran, maka dengan sendirinya seluruh karyawan akan mengikuti kejujuran pimpinan. Oleh karena itu jangan berpimpi mengubah dunia tetapi mulailah dari merubah diri sendiri .

(Evelita Harianja)


Facebook Comment

[facebook]