Minat dan Motivasi Belajar PAK

Secara teologis, kanon Kristen menegaskan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang segambar dan serupa dengan Tuhan. Artinya ada potensi-potensi dalam diri manusia seperti adanya minat dan mootivasi dalam diri seseorang. Dengan motivasi dan minat tersebut maka manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan. Melalui penjelasan ini secara tegas dinyatakan bahwa setiap manusia ciptaan-Nya sudah memiliki potensi daya dorong dan daya menaruh perhatian pada sesuatu di luar dirinya. Melalui potensi inilah, guru dapat melakukan perannya untuk mempengaruhi apa yang sudah ada dalam diri siswa. Beberapa diantaranya yakni minat (perhatian) dan motivasi (daya dorong).

Di atas sudah disebut peran guru. Untuk memahami secara terminologi tentang kata “guru”, perlulah uraian singkat tentang arti guru. Kata guru memiliki arti orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya, profesinya adalah mengajar. Mengajar berarti memberi instruksi terarah kepada peserta didik untuk perubahan tiga kecakapan dalam diri peserta didik, yaitu perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik.


Pengertian guru sebagai orang yang mengerjakan pekerjaan profesional maka jelaslah bahwa setiap orang yang hendak menjadi guru harus memenuhi persyaratan profesionalisme, unsur profesionalisme guru yakni: menyelesaikan studi sesuai spesialisasi yaitu Prodi Pendidikan, unsur lain dari profesi guru yaitu kemampuan membuat silabus, RPP/RPS, mempersiapkan materi sesuai tujuan yang telah ditetapkan, mampu menggunakan strategi dan metode mengajar serta penggunaan media dan kecakapan evaluai.

Salah satu definisi mengajar yang masih bisa dikritk yaitu mengajar diartikan mentransfer pengetahuan kepada anak didik dengan cara menuntun atau mendidik. Kritik atas definisi ini yaitu mengajar berdasarkan definisi ini maka tugas guru hanya transfer pengetahuan. Padahal mengajar itu lebih luas artinya. Walau demikian, definisi ini sudah umum ada dalam diri guru. Dalam konteks Pendidikan Kristen, guru Pendidikan Kristen adalah orang yang pekerjaannya mengajar pendidikan Kristen baik dalam sekolah negeri maupun swasta. Baik yang sudah ditetapkan menjadi pegawai negeri maupun yang tidak menjadi pegawai negeri, dengan memenuhi syarat guru Agama Kristen sebagai berikut:
1) memiliki pengetahuan yang hidup mengenai pokok yang diajarkan itu.
2) kecakapan untuk menimbulkan minat, motivasi, bahkan menggembirakan hati orang lain dengan pokok itu.
3) memiliki kerelaan untuk dilupakan sendiri, asal pengajarannya tetap tertanam saja dalam hidup orang didikannya
4) semangat pengorbanan diri, sebagai sebutir benih yang rela mati supaya dapat melahirkan hidup baru berlipat-lipat ganda.

Berdasarkan persyaratan diatas, dapat dikatakan bahwa pekerjaan menjadi guru Pendidikan Agama Kristen memerlukan keahlian khusus yang tidak dapat dilakukan oleh orang Iain yang tidak memiliki persyaratan tersebut. Dengan kata lain untuk menjadi guru PendidikanAgama Kristen tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, melainkan oleh orang yang memiliki kualifikasi profesionalisme guru PAK. Profesionalisme itu salah satunya memiliki latar belakang pendidikan keguruan Pendidikan Agama Kristen, atau memiliki sertifikat kelayakan mengajar yang dikeluarkan oleh lembaga pengelola pendidikan yang syah status hukumnya.

Kata pendidikan Agama Kristen diartikan sebagai berikut. Pendidikan sering diartikan tuntunan dengan cara mengajar, atau pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik dengan cara mendidik atau menuntun anak didik dengan ilmu tersebut. Disini perlu diberi pemahaman tentang pendidikan dan pengajaran. Mengajar adalah memberi ilmu atau mentransfer ilmu kepada anak sehingga anak mengalami perubahan dengan cara menuntun anak. Jadi ada peran guru dalam hal mendidik dan mengajar. Oleh karena menuntun inilah maka kepada guru Agama Kristen dituntut teladan hidup yang dapat dicontoh atau diteladani siswa. Mengajar di kelas atau menyampaikan pelajaran dengan kata-kata verbal di dalam kelas harus diikuti dengan pola hidup yang menunjang dari guru yang bersangkutan Dengan kata lain guru harus mengamalkan tut wuri handayani. Mengajar tentang ajaran yang diperintahkan dalam kitab suci harus diikuti dengan teladan hidup guru Agama Kristen yang cocok dengan pengajaran yang telah disampaikan. Misalnya guru Agama Kristen mengajarkan kepada siswa tentang pengamalan nilai-nilai iman Kristen dalam kehidupan bermasyarakat, baik di sekolah maupun di masyarakat umum maka guru Agama juga harus hidup dalam ajaran tersebut.

Selain itu pendidikan atau mendidik dapat diartikan kesediaan guru PAK membantu anak didik agar segala yang ada pada anak didik berkembang sebaik-baiknya, termasuk. Para pendidik boleh menuntunnya, sehingga anak didik sanggup mengatur daya nalarnya, bakat, nafsu dan alam sekitarnya.

Menumbuhkan Minat atan Motivasi Belajar

Pembahasan tentang minat, bakat dan motivasi belajar dimaksudkan untuk melihat keterkaitan keberhasilan belajar siswa dengan unsur-unsur tersebut, atau bagaimana minat, bakat dan motivasi belajar siswa mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah sebab tanpa minat, bakat dan motivasi belajar maka kegiatan belajar siswa akan mengalami kegagalan. Artinya minat, bakat dan motivasi adalah beberapa unsur dari sekian unsur yang mempengaruhi proses pembelajaran setiap mata pelajaran dengan efektif atau berhasil.

1. Teori Minat dan Bakat

Minat adalah keinginan seseorang siswa untuk mengikuti suatu bidang studi. Sedangkan E.P.Hutabarat mendefinisikan minat dalam pendidikan adalah suatu kekuatan yang menyebabkan seorang siswa tertarik kepada pelajaran. Cipta Ginting merumuskan minat sebagai kecendrungan hati, keinginan dan kesukaan terhadap sesuatu. Artinya semakin besar minat siswa terhadap pelajaran maka perhatian siswa mudah tercurah pada pelajaran tersebut. Jadi minat dan perhatian semakin erat berhubungan. Ini berarti bila siswa memiliki keinginan belajar Pendidikan Agama Kristen maka siswa dapat hadir di kelas untuk mengikuti proses pembelajaran secara baik. Sebaliknya jika siswa tidak memiliki keinginan mengikuti Pendidikan Agama Kristen maka ia tidak dapat mengikuti pelajaran agama ataupun hadir di kelas tetapi tidak berkonsentrasi secara baik dalam mengikuti pelajaran.

Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa hal yang mempengaruhi efektifitas proses pembelajaran, yaitu: minat; bakat; motivasi belajar; tujuan yang hendak dicapai; cara belajar; perencanaan kegiatan akademik dan disiplin diri.

Bakat adalah suatu karakteristik siswa yang berkaitan dengan prestasinya. Misalnya seorang siswa yang mengambil program Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi Teologi, ia harus memiliki latar belakang kecintaan terhadap ilmu agama sejak SMA atau mempunyai keinginan terhadap ilmu tersebut.
Berdasarkan uraian tentang minat dan bakat tersebut dapat dikatakan bahwa usaha guru PAK dalam menumbuhkembangkan minat dan motivasi siswa terhadap Pendidikan Agama Kristen bergantung pada anak dan guru. Pada diri siswa dituntut keinginan belajar sedangkan pada guru dituntut usaha menggairahkan siswa untuk belajar dengan cara menggunakan berbagai teori pendidikan seperti penggunanaan media secara bervariasi, penggunaan nada suara secara bervariasi, dan seterusnya.

2. Teori motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin, dari kata “movere” artinya mendorong atau menggerakkan manusia untuk melakukan suatu kegiatan. Selanjutnya menurut Soen Siregar, motivasi adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang atau dorongan mengelola internalself dalam diri seseorang dalam memberi respon positif dan konsisten terhadap situasi, keberhasilan, tantangan, masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.

Selain definisi di atas, William G. Scott, mengartikan motivasi sebagai suatu proses kejiwaan atau proses psikis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang yang diakibatkan oleh factor internal seseorang (intrinsik) yang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Dengan kata lain motivasi adalah kecendrungan dalam diri seseorang yang menimbulkan topangan dan mengarahkan tindakan seseorang.

Defenisi motivasi sebagaimana yang dipaparkan di atas dapat dipahami, karena motivasi dan arti kata dasar motif (motif) yang berarti dorongan, sebab atau alas an seseorang melakukan sesuatu, motivasi dapat dimengerti sebagai suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan atau perbuatan yang berlangsung secara sadar. Menurut A.L. Meginnis, motivasi haruslah muncul dari dalam diri yang bersangkutan, walaupun menurut dia keberhasilan seseorang di dapat dari inspirasi seseorang seperti dari sesama siswa, dari guru, dan lingkungan lainnya. Sedangkan menurut Cipta Ginting, motivasi belajar adalah dorongan belajar. Artinya “motivasi belajar seseorang menentukan besarnya upaya belajar yang dilakukan”

Jadi, motivasi mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi selalu dibedakan dalam dua motivasi, yaitu (1) motivasi instrinsik yaitu dorongan yang muncul dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Sedangkan (2) motivasi ekstrensik adalah dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan karena pengaruh dari luar dirinya. Misalnya untuk dua motivasi ini, diambil contoh dalam kaitan pembelajaran, seperti: Siswa belajar karena didirong oleh keinginan untuk mengetahuinya (motivasi instrinsik). Siswa belajar supaya memperoleh nilai yang baik, naik kelas, dan mendapat ijazah (motivasi ekstrensik).

Pembahasan tentang definisi motivasi pada akhirnya harus juga dihubungkan dengan motivasi karena menurut S. Nasution, motivasi apapun tetap ia berhubungan dengan suatu tujuan. Maka menjadi jelas bahwa dalam pembelajaran harus ada tujuan dan berdasarkan tujuan tersebut maka anak akan termotivasi belajar, baik motivasi secara intrinsik dan ekstrensik.

Bila pembahasan tentang motivasi dihubungkan dengan belajar maka menjadi jelas bahwa siswa harus mempunyai motivasi atau dorongan-dorongan dan minat untuk belajar. Dan dorongan belajar akan berlangsung secara baik apabila ada dorongan instrinsik dan ekstrensik dalam diri siswa. Dorongan-dorongan belajar sebagaimana yang muncul dalam uraian teori motivasi, yaitu bahwa sudah ada potensi dorongan dalam diri manusia sejak lahir, khususnya siswa pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan yang mendorong dia melakukan kegiatan, termasuk kegiatan belajar. Siswa belajar karena ingin berhasil, siswa belajar karena ingin suatu saat mendapat pekerjaan, jadi ada berbagai kebutuhan dan harapan dalam diri siswa yang akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan, seperti melakukan kegiatan belajar. Disini motivasi penting, karena tanpa motivasi orang tidak akan melakukan sesuatu kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas maka guru PAK perlu memperhatikan bahwa siswa memiliki motivasi instrinsik sekaligus memiliki motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu maka guru PAK harus menggunakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah penataan kelas secara bervariasi yang menarik siswa, guru PAK menggunakan suara secara bervariasi dalam mengajar, guru PAK menggunakan media pembelajaran secara bervariasi, guru PAK menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Hal-hal inilah yang dimaksud dengan lingkungan pembelajaran yang mempengaruhi siswa termotivasi untuk belajar.

3. Teori Belajar

Teori belajar yang dimaksud dalam bagian ini adalah pengertian-pengertian tentang belajar yang dikemukan oleh pecinta ilmu pendidikan dan ahli-ahli pendidikan. Pengertian tentang belajar yang dikemukan para ahli pendidikan juga dipengaruhi oleh psikologi pendidikan yang dianut oleh mereka. Dengan kata lain setiap aliran psikologi belajar memberi definisi dengan penekanan pada aspek-aspek tertentu pada diri nara didik, seperti ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berikut ini dikemukan beberapa definisi yang dirumuskan oleh para ahli pendidikan tentang belajar. Definisi yang dibuat disini tidak dikelompokkan berdasarkan psikologi belajar yang mempengaruhi setiap ahli yang mendefenisikan tentang belajar. Dalam hal ini penulis akan memaparkan secara umum pengertian tentang belajar.

W. S. Winkel menyatakan, belajar adalah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu E.P.Hutabarat mendefinisikan, belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa untuk menguasai pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, ketrampilan dan sikap melalui hubungantimbal balik antara siswa dengan lingkungannya.Silva Sukirman mendefinisikan, “belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu pengetahuan”.

Berdasarkan definisi di atas, maka maksud belajar adalah terjadinya perubahan dalam diri siswa. Perubahan tersebut mencakup perubahan diri siswa dalam aspek pengetahuan atau kognitif, perubahan sikap dan perubahan ketrampilan yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen yang diikuti di sekolah.
4. Pengertian menumbuhkan minat dan motivasi belajar

Proses pembelajaran yang bermanfaat adalah bila ada minat siswa untuk memperhatikan pelajaran yang diajarkan. Tanpa minat maka siswa tidak akan mencapai tujuan pembelajaran. Minat atau perhatian dari siswa terhadap pelajaran merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya proses pembelajaran, termasuk pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA. Semakin siswa menaruh minat pada pelajaran maka siswa tersebut akan berhasil dalam pelajaran.
Setiap manusia sejak lahir telah memiliki potensi minat atau motivasi yang mempengaruhi manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan. Tidak ada manusia yang tidak memiliki minat atau dorongan dalam dirinya. Dengan kata lain semua manusia mempunyai dorongan dalam dirinya. Sehingga dengan dorongan itu ia bertindak dan berkarya. Dalam kenyataan proses pendidikan sedikit siswa yang menunjukkan dorongan atas kemauannya atau usahanya sendiri, lebih banyak siswa yang harus diberi dorongan barulah muncul dorongan dalam dirinya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dikehendakinya seperti minat untuk belajar. Dengan demikian maka perlu ada kiat-kiat untuk menumbuhkan minat belajar siswa.

Minat seperti bahasan di atas menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran Agama Kristen yang berhasil di sekolah apabila siswa memiliki minat dan untuk memunculkan minat guru PAK harus berperan secara maksimal. Namun perlu juga disadari bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak menaruh konsentrasi atau minat terhadap pelajaran Agama Kristen. Faktor penyebab itu bisa karena lingkungan dimana anak tinggal, lingkungan teman di sekolah, penampilan guru dan hal-hal lain yang tidak disebutkan disini ikut mempengaruhi ada tidaknya minat atau motivasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Kristen. Ini harus menjadi perhatian guru Pendidikan Agama Kristen ketika melakukan proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di sekolah.

Pada bagian ini hendak ditegaskan bahwa minat atau motivasi siswa ada yang terjadi atas dorongannya sendiri tetapi ada pula yang harus datang dari orang lain, disinilah peranan guru Agama Kristen memanfaatkan aspek luar dari diri siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Kristen. Aspek luar yang hendak diberdayakan oleh guru PAK sehingga minat siswa tertuju kepada siswa dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi secara jelas pada waktu mengajar, menggunakan media secara variasi dan aspek-aspek lainnya


Facebook Comment

[facebook]