Sedangkan pernikahan menurut Alkitab diartikan peristiwa seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya dan menjadi satu daging dengan seorang perempuan: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:24). Pengertian kata menjadi satu daging di sini bukan semata-mata mengacu kepada hubungan seksual. Ada beberapa kata yang dikontraskan yaitu meninggalkan, menyerahkan; dan menggantungkan diri, memegang erat-erat.
Dalam hubungan dengan pernikahan Kristen, Micha N.L. Tobing member definisi sebagai berikut. Pernikahan Kristen adalah ikatan dan persekutuan hidup yang menyeluruh (total) dari seorang pria/suami dengan seorang wanita/istri yang telah diteguhkan Allah dalam pernikahan kudus; yang meliputi Roh, jiwa dan tubuh; masa kini dan masa yang akan dating (sampai salah seorang meninggal dunia), dengan tujuan untuk membentuk secara bertanggungjawab suatu rumah tangga Kristiani yang kudus, harmonis, dan bahagia serta memuliakan dan melayani Tuhan. (Micha N.L. Tobing dalam facebook.com)
Jadi makna pernikahan yaitu meninggalkan keluarga dan kemudian menggantungkan diri kepada pasangannya. Namun harus diperhatikan bahwa Alkitab tidak mengajar seseorang yang telah menikah membuang keluarganya. Kata meninggalkan bermakna penyerahan dimana keluarga menyerahkan anaknya untuk menyatu dengan pasangannya dan mengurus kehidupannya sendiri tanpa campur tangan atau intervensi keluarga. Keluarga (ayah,ibu, dan suadara) dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengamat dan penasehat yang bertindak jika di minta. Banyak pasangan yang baru menikah justru bermasalah ketika orang tua tidak memahami fungsinya dalam pernikahan anak-anak mereka dengan sikap intervensi. Tetapi ada demikian banyak pernikahan yang demikian memilukan hati orang tua karena mereka benar-benar membuang keluarga mereka. Kebenaran yang utama adalah Firman Tuhan. Maka dengan mempelajari Alkitab kita akan menemukan prinsip-prinsip yang sejati dalam pernikahan yang berbahagia.
Pernikahan adalah Kehendak Allah. Oleh karena itu seseorang yang akan menikah perlu mendapat bimbingan agar memahami kehendak Allah tentang pernikahan. Allah telah menciptakan pernikahan sedari semula dan akan tetap ada kelak selamnya. Firman Tuhan menyatakan: “TUHAN Allah berfirman: tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18) Allah yang memikirkan pernikahan sejak semula. Dialah kreator pernikahan.
Menurut Alkitab, pernikahan ditahbiskan dan dibentuk oleh Tuhan sebagai persatuan antara seorang pria dan seorang wanita. Orang Kristen menggunakan perintah itu dari Allah untuk menentukan pandangan mereka tentang pernikahan Kristen. Pernikahan Kristen merupakan sambungan dari Yesus Kristus kepada Gereja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Paulus dari Tarsus yang, di Efesus, mencatat sambungan dari sudut pandang Perjanjian Lama bahwa pernikahan adalah paralel antara hubungan manusia dan Allah. Perkawinan Kristen adalah karunia dari Tuhan dan sesuatu yang harus dihargai dan didukung.
Bertolak dari pemahaman tentang pernikahan sebagaimana yang dimaksud di atas, maka anggota gereja yang akan menikah perlu dibimbing dalam bimbingan pranikah. Dalam bimbingan pranikah, seorang pendeta menggunakan firman Tuhan sebagai dasar bimbingan pranikah. Ayat-ayat firman Tuhan yang dipakai dalam bimbingan pranikah berfungsi sebagai dasar yang baik bagi pernikahan dan sebagai landasan tradisional sehingga nilai perkawinan dapat ditempatkan pada tingkat yang sangat penting. Dikatakan sangat penting karena pernikahan adalah lembaga yang diteguhkan Allah sebagai sebuah hubungan permanen antara dua orang manusia yang berlainan jenis, seperti yang dikatakan dalam Alkitab, “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging (Kej. 2:24). Artinya sejak semula rencana Allah tentang pernikahan adalah satu orang laki-laki dan satu orang perempuan yang menjadi satu daging, yaitu bersatu dalam jasmani dan rohani (B. Surbakti, 2008:45)
Menurut Jotje Hanri Karuh, pernikahan dalam beberapa definisi yakni. Pernikahan adalah kesempatan untuk belajar tentang cinta. Menurut definisi ini cinta adalah karunia Tuhan dalam diri manusia dan mesti digunakan secara baik. Tempat terindah belajar cinta adalah dalam pernikahan. Selain itu menurut Jotje, pernikahan adalah perjalanan yang harus dilalui seseorang dengan berbagai pilihan dan konsekuensi. Menurut definisi ini, orang yang menikah merupakan orang dewasa yang memiliki kemampuan memilih dan siap dengan konsekswnsinya. Pernikahan juga diartikan peluang komunikasi batiniah daripada komunikasi lahiriah. Dalam hal ini pernikahan lebih banyak dipengaruhi oleh masalah masa lampau yang tak terselesaikan dan butuh kesadaran akan hal itu.
Pernikahan juga didefinisikan sebagai panggilan untuk melayani. Dua insane yang sepakat membentuk keluarga bersedia untuk saling melayani satu dengan lainnya dalam kelebihan dan kekurangan. Pernikahan juga diartikan sebagai panggilan untuk bersahabat.Dua insane yang akan dipersatukan dalam pernikahan akan mewujudkan persahabatan dalam jalinan pernikahan. Kekayaan pengertian akan definisi pernikahan berlanjut dalam beberapa definisi terakhir yaitu pernikahan adalah panggilan untuk menderita, pernikahan adalah panggilan untuk saling berbagi dan memberi, pernikahan adalah proses pemurnian;suatu kesempatan untuk dibentuk Allah menjadi pribadi yang dikehendakiNya (Jotje Hanri Karuh dlm http://blessedday4us.wordpress.com)
Jadi, pernikahan mempunyai makna yang luas. Ia tidak sekedar persatuan tubuh antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Pernikahan adalah sebuah persekutuan hidup yang utuh, yang tak terpisahkan antara dua pribadi, laki-laki dan perempuan, yang dipersatukan menjadi suami-istri. Pernikahan ada dalam rencana Tuhan dan Tuhan melihat persekutuan hidup tersebut sebagai sesuatu yang indah dan baik. Oleh sebab itu, sangat penting bagi setiap pasangan yang akan menikah memahami dasar teologis pernikahan. Hal ini perlu dimengerti, dihayati, dan dilakukan agar hidup pernikahan yang akan dijalani adalah sebuah pernikahan yang kokoh (Ibid)
Semoga bermanfaat